Spiritualitas

Para Frater CSE dan Suster Putri Karmel menghayati perpaduan dua spiritualitas besar dalam Gereja: SPIRITUALITAS KARMEL dan SPIRITUALITAS PEMBAHARUAN KARISMATIK KATOLIK

SPIRITUALITAS KARMEL


Para pertapa di Gunung Karmel menempuh suatu cara hidup kontemplatif dalam keheningan dan kesunyian. Mereka tinggal dalam pondok-pondok yang terpisah yang dibangun pada lereng-lereng gunung, atau lebih tepat bukit, karena sesungguhnya Karmel lebih merupakan suatu perbukitan daripada pegunungan. Mereka menempuh cara hidup yang disebut kontemplatif, yang bersifat semi eremitis, seperti yang diungkapkan dalam Regula yang berkata, bahwa mereka harus tinggal di pondok masing-masing, siang malam merenungkan hukum Tuhan dan berjaga-jaga dalam doa. Mereka harus terus menerus hidup dalam hadirat Allah, apapun yang mereka lakukan.

Dalam keheningan dan kesunyian itulah mereka boleh mengalami kehadiran Allah yang mengatasi segala pengertian yang memenuhi hati mereka dengan damai dan sukacita serta kebahagiaan yang mendalam. Dalam keheningan itu pulalah mereka boleh mendengar bisikan-bisikan Roh yang tidak dapat diungkapkan dalam bahasa manusia, seperti yang dapat kita simpulkan dari tulisan Nikolas dari Perancis, yang menjadi jenderal Ordo pada tahun 1266-1271, yang masih mengalami kehidupan di Gunung Karmel itu sendiri. Di situlah mereka boleh mengalami arti keheningan dalam kesunyian yang membahagiakan karena mempertemukan jiwa dengan Kekasih Ilahinya.

Inilah cita ciita para Karmelit yang mau diupayakan dan diraih oleh para frater CSE dan suster Putri Karmel. Dalam kehidupan kontemplatif yang dihayati setiap hari mereka mengejar cita cita yang luhur.

SPIRITUALITAS PEMBAHARUAN KARISMATIK KATOLIK


Dalam dunia yang dipengaruhi oleh gelombang sekularisme yang besar, ada sebuah kontradiksi dimana ada banyak orang yang memiliki kerinduan besar untuk mencari dan menemukan Allah dan kuasa-Nya yang mengagumkan.

Kerinduan ini dibangkitkan oleh Allah sendiri yang mencurahkan Roh Kudusnya secara berlimpah dengan cara yang baru dan luar biasa. Suatu “aliran rahmat yang baru” timbul dalam tubuh mistik Kristus. Suatu Pentakosta baru sedang terjadi di tengah-tengah Gereja, yang dipandang sebagai jawaban Tuhan atas doa Paus Yohanes XXIII beserta seluruh Gereja menjelang Konsili Vatikan II : “Perbaharui ya Tuhan, dalam masa kami ini, keajaiban-keajaibanMu seperti suatu Pentakosta baru”. Sejumlah besar orang mulai mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus yang hidup dan mengasihi. Mereka mengalami kehadiran dan kuasa Roh Kudus secara baru dan menjadi terbuka terhadap karisma-karisma Roh Kudus, kemudian secara teratur mereka berkumpul untuk memuji dan menyembah Tuhan.

Spiritualitas Pembaharua Karismatik Katolik mau kembali ke dalam peristiwa Pentakosta pertama yang dihayati oleh Gereja Awali. Sebagaimana Kuasa Roh Kudus dialami oleh Para Rasul dan jemaat Gereja Awali, pada jaman ini Roh Kudus hadir kembali secara baru dan kuasaNya dapat dialami secara nyata dalam kehidupan Gereja.

Kuasa Roh Kudus membimbing banyak orang pada pengenalan dan pengalaman akan Allah yang hidup. Kuasa Roh Kudus pada jaman ini tampak dalam diri orang-orang yang percaya: mereka meletakkan tangan atas orang sakit dan sembuh, mereka mengusir setan, mereka mengadakan mukjizat dan sebagainya. Kuasa yang sama yang dialami oleh para Rasul telah dibangkitkan kembali pada jaman ini oleh kuasa Roh Kudus yang tinggal di dalam kita.

Pembaharuan Karismatik Katolik menjadi berkat yang besar bagi Gereja Katolik. Paus Leo XII dan Paus Yohanes XXIII berdoa bagi pembaruan Gereja, Paus Paulus VI menyambut Pembaruan Karismatik Katolik dengan tangan terbuka dan Paus Yohanes Paulus II meletakkannya pada jantung Gereja. Karya Roh Kudus melalui Pembaharuan Karismatik Katolik menyebar dan mempengaruhi seluruh Gereja.

Dalam kuasa Roh Kudus, para frater CSE dan suster Putri Karmel menghayati hidupnya dan melayani dalam kuasa-Nya yang mengagumkan.