Kesaksian Umat

Tuhan Melepaskan Gangguan & Menyembuhkan Luka Batin Saya

Saya bersyukur kepada Tuhan yang telah melepaskan saya dari gangguan si jahat yang terus-menerus mengganggu hidup saya. Sejak pulang camping rohani di Ngadireso sampai saat ini, gangguan itu telah hilang sama sekali.

Sejak SD hingga kuliah saya terus diganggu oleh sesuatu yang aneh dan tidak saya mengerti. Roh apa yang mengganggu saya, saya tidak tahu. Gangguan itu datang setiap kali kalau saya mau tidur. Saat roh itu datang mengganggu, sebenarnya saya masih dalam keadaan sadar. Dalam keadaan seperti itu, saya merasa badan saya terpisah dari roh, seperti melayang-layang dan saya sangat ketakutan, dimana badan saya tidak dapat digerakkan. Ketika saya membuka mata, ternyata saya sudah tidak ada di tempat tidur lagi. Karena seringkali saya diganggu, saya pun sadar apa sebenarnya yang mengganggu saya dan membawa saya untuk setiap mengalami hal seperti ini berdoa kepada Tuhan.

Karena seringkali saya diganggu dan hampir setiap malam, saya membiarkan saja hal itu dan untuk selanjutnya tidak pernah takut lagi. Kalau saya membiarkan saja, lama-kelamaan roh itu kembali ke badan. Sejak kecil, saya mempunyai tanda stempel hitam pada lengan. Saya memperhatikan, dari situlah roh itu masuk dan keluar. Kalau saya mau tidur, kadangkala saya berbicara sendiri. Saya mengatakan kepada roh itu, pergilah dan jangan ganggu saya! Tetapi roh itu tidak mau pergi. Dahulu agama saya hanya KTP. Sejak umur sepuluh tahun saya dibaptis dalam Gereja Katolik tetapi tidak pernah pergi ke gereja. Saya pergi ke gereja hanya saat Natal dan Paskah, itu pun kalau ingin pergi. Terkadang saya tidak mau pergi. Saya berpikir untuk apa ke gereja kalau pulang dari sana tidak membawa apa-apa.

Barulah tahun 1997 saya mau ke gereja setelah pulang camping rohani dari Malang-Ngadireso. Ketika acara camping dilangsungkan, saya berkonsultasi dengan seorang suster, sekaligus minta doa pelepasan dari pengaruh dan gangguan roh itu. Dan stempel hitam yang ada pada lengan saya, kalau mulai tumbuh bulu, maka mulailah badan saya terpisah dari roh setiap kali kalau saya ingin tidur. Kalau bulu itu dicabut, maka badan dan roh saya tidak terpisah. Dalam keadaan terpejam saya bisa melihat roh itu, tetapi roh itu tidak bicara. Saya mengatakan kepadanya, ‘Pergi dan jangan mengganggu saya karena saya mempunyai Yesus!’ Demikian saya mengatakan kepadanya, namun dia diam saja.

Ketika didoakan pelepasan oleh suster, saya memberontak. Saya sadar ketika didoakan, tetapi saya tidak bisa mengendalikan diri. Saya terus meronta-ronta seperti kesurupan, tangan saya bergerak terus dan tidak bisa berhenti. Sampai empat kali saya didoakan oleh suster dan Romo pun datang untuk mendoakan saya. Akan tetapi, saya masih memberontak. Lalu suster mengatakan, coba pandang tabernakel (tempat menyimpan Sakramen Mahakudus). Hanya sebentar saja saya pandang tabernakel itu karena tidak tahan memandangnya kembali saya menutup mata.

Setelah saya sadar, suster itu pun menyuruh saya untuk berdoa di depan tabernakel dan saya langsung sujud di depan tabernakel itu. Ketika berada di depan tabernakel, saya ‘resting’ lagi, saya tidak sadar dan sepertinya saya dibiarkan di situ. Ketika saya ‘resting’ saya langsung teringat kepada mama saya yang seolah-olah menolak saya. Dari situlah saya tahu, rupanya saya luka batin dengan mama saya, karena dia mau menggugurkan saya waktu berada dalam kandungannya, tetapi ia gagal melakukannya. Setelah itu, saya datang lagi kepada suster dan memberitahukan bahwa saya pernah mau digugurkan oleh mama saya. Setelah konseling, saya didoakan untuk penyembuhan batin. Waktu didoakan penyembuhan batin itulah saya dilepaskan dan saya merasa lega sekali karena telah disembuhkan Tuhan dari luka batin. Saya merasakan damai dan sukacita sehingga dengan lancar saya dapat memuji Tuhan. Setelah pulang dari camping, saya telah memaafkan mama dan saya merasa bahagia sekali. Saya seringkali datang ke Lembah Karmel bersama papa dan mama.

Sungguh saya menyadari rahmat pengampunan yang diberikan oleh Tuhan sehingga dapat mengampuni mama dan hubungan kami menjadi baik. Mama yang dahulunya seringkali marah-marah sekarang telah berubah tidak lagi marah-marah. Yang paling membahagiakan saya adalah bahwa mama memperbolehkan saya untuk memilih hidup menjadi seorang biarawati. Saya sangat senang karena cita-cita untuk menjadi suster sudah diizinkan oleh orang tua. Hanya tinggal dari saya sendiri untuk menyelesaikan kuliah. Sebelumnya, mereka tidak mengizinkan saya bahkan mereka mengatakan, “kalau ingin jadi suster, tunggu saya mati!” Namun sekarang, Tuhan telah mengubah semuanya itu. Dalam diri saya pun banyak mengalami perubahan, saya semakin rindu dekat dengan Tuhan. Untuk semakin dekat dengan Tuhan, saya masuk menjadi anggota Komunitas Tritunggal Mahakudus. Saya yakin Tuhan mempunyai rencana yang indah dalam hidup saya, untuk cita-cita dan panggilan saya